Jumat, 30 September 2011

mengingat bencana itu penting

esting

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana,
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Surono (Mbah Rono Merapi)
Yogyakarta - Orang mudah melupakan bencana, padahal dengan mengingat bencana orang dapat belajar untuk tidak melakukan kesalahan kecil yang dapat berakibat fatal, kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono.

"Karena itu diperlukan buku atau museum untuk mengingatkan orang tentang bencana agar mereka mengingat dan belajar," katanya pada peluncuran buku "Membidik Peristiwa Jadi Berita" dan pembukaan pameran foto "Thirty Frames of Jogja" karya Regina Sjafrie di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, belajar tentang bencana yang pernah terjadi diperlukan karena biasanya terjadi secara berulang, meskipun waktunya tidak dapat diprediksi. Contohnya, sebelum gempa besar melanda Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2006, gempa yang lebih besar pernah melanda daerah itu pada 1943.

"Namun, ketika saya bertanya kepada seseorang yang menurut perkiraan saya mengalami peristiwa itu, apakah ia ingat tentang gempa tersebut, orang itu menjawab tidak ingat pernah terjadi gempa besar di DIY pada tahun itu," katanya memberi contoh.

Ia mengatakan, melalui buku peristiwa bencana akan terekam dengan baik sehingga jika bencana berulang upaya penanggulangan dapat dilakukan secara lebih baik.

Selain buku, keberadaan museum yang berkaitan dengan pengetahuan tentang bencana seperti Museum Gunung Merapai juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempelajari sebuah bencana dan cara penanggulangannya.

"Tetapi sayangnya di Indonesia berkunjung ke museum belum menjadi suatu kebutuhan seperti halnya di negara maju," katanya.

Padahal, dengan berkunjung ke museum, orang dapat belajar banyak tentang sesuatu yang bermanfaat tanpa harus membaca ratusan buku.

Pada kesempatan itu, Surono juga mengatakan, saat ini aktivitas sebanyak 23 gunung berapi di Indonesia berada di atas normal, dengan 18 gunung di antaranya berstatus waspada dan lima berstatus siaga.

Kondisi itu merupakan hal yang wajar, karena pascagempa Aceh pada 2004, aktivitas gunung berapi di Hawaii yang berjarak sekitar 12.000 km dari pusat gempa di Aceh juga meningkat.

Sementara itu, penulis buku "Membidik Peristiwa Jadi Berita" Regina Sjafrie mengatakan, buku itu menyasar kaum muda yang meminati bidang jurnalistik terutama foto sehingga ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dicerna.

Buku yang diterbitkan Galang Press itu, katanya, terdiri atas empat hal pokok yakni bencana, kebangkitan, spirit persatuan dan tangkapan kamera.

"Dengan buku ini saya berharap masyarakat makin memahami profesi wartawan foto dan mendorong banyak orang untuk menjadi wartawan di lingkungannya (citizen Journalism)," kata wartawan foto ANTARA ini.

Usia Ideal Wanita untuk Menikah

Usia Ideal Wanita untuk Menikah

Posted by Administrator | Pada : 9:49 PM
testing
Banyak wanita menyesal telah menikah muda. Akhirnya mereka mempermasalahkan usia yang menurut mereka sebetulnya belum waktunya untuk berkeluarga. Lalu kapan usia ideal wanita untuk menikah?

Terri Orbuch, PhD dalam bukunya 'Five Simple Steps to Take Your Marriage From Good to Great' mengatakan bahwa ada 'magic number' bagi wanita yang ingin memutuskan untuk menikah.

Saat umur 20-an, wanita membagi kepentingannya menjadi dua garis besar yakni pendidikan dan uang.

Angka terbaik sebetulnya adalah 25, dimana wanita mungkin saja sudah mendapatkan keduanya, yaitu pendidikan dan karir.

"Semakin tinggi pendidikan wanita maka akan semakin rendah kemungkinannya untuk bercerai. Wanita berpendidikan tinggi cenderung percaya diri dan lebih mungkin untuk menolak seseorang yang tidak memenuhi standar mereka," jelasnya.

Disamping itu, pada usia 25 wanita sudah mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Dengan kata lain, ia sudah aman secara finansial.

Tapi apapun yang berkaitan dengan uang sebetulnya tidak ada kata aman. Masalah finansial masih menjadi penyebab utama perkelahian antara suami istri meski sudah bekerja dan memiliki cukup umur.

Belajar berhati-hati membuat anggaran adalah salah satu solusi menghindari masalah keuangan.

"Di umur 25 wanita akan punya waktu untuk mempelajari beberapa pengalaman hidup, termasuk mempelajari hubungan keduanya dan telah meningkatkan pemahaman untuk sikap masing-masing," katanya.

Dengan begini wanita akan lebih tahu apa yang ia cari dan inginkan dari seorang pria. Wanita juga lebih mudah mengetahui apakah ia bisa atau tidak hidup tanpa pasangannya itu.

"Mungkin aspek yang paling penting dari menunggu waktu yang tepat adalah bahwa wanita akan tahu apa tujuan dan nilai-nilai sebenarnya dari pernikahan. Pernikahan akan jauh lebih mudah jika laki-laki dan perempuan dapat berbagi pandangan yang sama terhadap kehidupan," ungkap Penulis buku 'The Complete Idiot’s Guide to Intimacy', Paul Coleman, PsyD.

Meski demikian, jika Anda sudah terlanjur menikah sebelum berusia 24 tahun dengan pria impian jangan khawatir. Pernikahan muda dapat terus bertahan hidup jika tetap menyatukan pandangan antar keduanya.

Belajarlah bertanggung jawab ketika berurusan dengan dua kepribadian yang berbeda. Belajar menyelesaikan konflik memaksa seseorang mengembangkan keterampilannya untuk mempertahankan cinta jangka panjang.